Pada hari Selasa, 15 Oktober 2024, Mahasiswa Departemen Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan Tema “Eksplorasi Kebudayaan Untuk Penguatan Nilai Kebangsaan Pada Mahasiswa HKn”. Salah satu rangkaian kegiatannya yaitu di Desa Adat Penglipuran yang terletak di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Melalui kunjungan ini, Mahasiswa HKn UM tidak hanya menelusuri  kebudayaan dan kearifan lokalnya saja, namun juga berkaitan dengan peningkatan Sustainable Development Goals (SDG’s) 11, yaitu membangun kota dan komunitas yang berkelanjutan. Dengan kegiatan ini mahasiswa HKn UM akan mengeksplor budaya secara luas di adat Penglipuran, dengan harapan akan mendapatkan banyak wawasan dan membangun jiwa kebangsaan. 

  Selama kegiatan ini, mahasiswa berkesempatan mengeksplorasi budaya untuk melestarikan kearifan lokal dengan bertanya langsung kepada tokoh masyarakat atau warga asli desa Penglipuran dan juga melakukan observasi langsung terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat desa Penglipuran. Masyarakat Desa Penglipuran memegang tradisi nenek moyang yang sudah berumur ratusan tahun. Selain sistem aturan pemerintah, mereka masih menerapkan hukum tradisional di masyarakat, yaitu awig-awig. Desa ini juga terkenal dengan tata ruangnya yang disebut “Tri Mandala”, di mana tata ruang desa dibagi menjadi tiga wilayah yakni 

  1. Utama Mandala, merupakan wilayah suci untuk para dewa dan peribadatan.
  2. Madya Mandala digunakan sebagai tempat tinggal para penduduk
  3. Nista Mandala, merupakan area khusus pemakaman penduduk

Selain itu, Desa Adat Penglipuran ini pernah meraih penghargaan menjadi salah satu desa Adat terbaik di Dunia berdasarkan Organisasi Pariwisata Dunia atau UNWTO (United National World Tourism Organization). 

Selain mendapatkan manfaat edukatif terkait pelestarian budaya lokal, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk mempelajari mengenai strategi pengelolaan ekonomi pariwisata yang berfokus pada pelestarian budaya dan lingkungan seperti kerajinan dan kuliner khas desa Penglipuran yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan., kunjungan ini memberi wawasan serta dampak positif pada ekonomi lokal. Kehadiran wisatawan tentunya dapat memberikan dampak ekonomi yang positif kepada masyarakat setempat. Respon positif datang dari masyarakat setempat yang menyambut baik kehadiran wisatawan. Karena dengan banyaknya wisatawan, mereka dapat memperjualbelikan hasil produk UMKM yang ada di desa Adat Penglipuran sendiri.  “Saya sangat senang dengan banyaknya wisatawan yang datang budaya kami semakin dikenal, serta kami masyarakat desa Penglipuran juga mendapatkan pemasukan dari produk UMKM yang kami jual. Mengingat setelah hampir beberapa tahun, wisata di desa Penglipuran ini mengalami krisis karena covid 19 melanda.” ujar seorang penjual produk UMKM  di desa Adat Penglipuran tersebut.

  Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini diharapkan dapat menjadi rujukan penting bagi berbagai perguruan tinggi dalam memajukan pelestarian budaya dan lingkungan hidup. Hal ini bertujuan untuk mendorong kolaborasi yang lebih erat antara akademisi dan masyarakat menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s) 11, yang berfokus pada penciptaan kota dan desa yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Mahasiswa Hukum dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang (HKn UM) tetap berkomitmen untuk mendukung berbagai inisiatif pelestarian kearifan lokal melalui serangkaian program yang dirancang  dan direncanakan secara matang. Komitmen ini mencerminkan tanggung jawab mereka sebagai generasi penerus untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya serta lingkungan, sekaligus memberikan kontribusi positif bagi masyarakat luas. 

  Dengan diadakannya kegiatan ini, kita dapat mengetahui bahwa Desa Penglipuran mempunyai potensi dan manfaat besar dalam berpartisipasi pada pembangunan bangsa dewasa ini pada masa yang akan datang, khususnya di bidang pariwisata, pendidikan, dan kebudayaan. Serta diharapkan warisan budaya Desa Adat Penglipuran dapat terus terjaga, sekaligus memberikan inspirasi bagi komunitas lain untuk menjaga identitas budaya mereka dalam menghadapi tantangan globalisasi

Berita ini sudah diunggah di Kompasiana.com

Need Help? Chat with us